Ilmu Menyingkap Hakikat Segala Sesuatu
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Ilmu Menyingkap Hakikat Segala Sesuatu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 2 Dzul Qa’dah 1443 H / 02 Juni 2022 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Ilmu Menyingkap Hakikat Segala Sesuatu
Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwasanyya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhlukNya untuk mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata yang ibadah kepada Allah ini menghimpun kecintaan kepadaNya dan senantiasa mengutamakan keridhaanNya. Hal ini berarti mengkonsekuensikan kita harus mengenal Allah, yakni mengenal kemahaindahan nama-namaNya dan kesempurnaan sifat-sifatNya.
Sebagaimana Allah juga menegakkan bagi hamba-hambaNya ilmu agama yang diturunkanNya kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mana tidak ada kesempurnaan bagi manusia kecuali dengan ilmu ini.
Yang mana ilmu ini menjadikan setiap gerakan yang dilakukan manusia semua terjadinya adalah sesuai dengan keridhaan dan kehendak atau kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadi ilmu agama yang menjadikan setiap perbuatan yang dilakukan manusia selalu bersesuaian dengan apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk tujuan inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para RasulNya, menurunkan kitab-kitabNya dan mensyariatkan hukum-hukum syariat di dalam Islam kepada hamba-hambaNya.
Maka kesempurnaan hamba yang tidak ada sama sekali kesempurnaan baginya kecuali dengan dia menjadikan semua gerakan pada dirinya selalu bersesuaian dengan hal-hal yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diridhaiNya.
Oleh sebab itulah Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan bukti argumentasi bahwa hamba ini mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah wahai Rasulullah: ‘Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku. Maka niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.`” (QS. Ali ‘Imran[3]: 31)
Ini bukti bahwa hanya dengan mengikuti petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baru kita bisa mewujudkan ibadah yang benar, yaitu yang sesuai dengan kecintaan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan sebab inilah kecintaan kita akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diterimaNya.
Maka seorang yang jujur dalam pengakuan cintanya, dia akan memandang ada pengkhianatan pada dirinya terhadap kekasihnya kalau dia melakukan satu perbuatan yang dilakukan secara sadar tapi hal tersebut bertentangan dengan keridhaan kekasihnya.
Sebagaimana ketika dia melakukan satu perbuatan yang sebenarnya diperbolehkan bagi dirinya sesuai dengan tuntutan tabiatnya atau keinginan syahwatnya, maka dia akan segera bertaubat dari perbuatan tersebut sebagaimana dia bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosa.
Yang kemudian senantiasa perkara ini semakin kuat pada dirinya. Sampai kemudian jadilah perkara-perkara mubah yang dilakukannya semuanya berganti menjadi ketaatan. Hal ini karena dia melakukan yang mubah pun dengan niat untuk taat kepada Allah.
Sehingga hamba ini selalu mengharapkan pahala dari Allah. Bahkan ketika tidur, ketika tidak berpuasa, atau ketika sedang beristirahat. Sebagaimana dia mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika dia berdiri melaksanakan ibadah, ketika berpuasa dan ketika dia bersungguh-sungguh mengamalkan ketaatan. Yaitu istirahatnya saja karena diniatkan untuk menguatkan dia dalam ibadah nanti, maka itu bernilai ibadah.
Ini tentu kita ingat makna dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً
“Dan ketika seorang suami mendatangi istrinya maka itu bernilai sedekah.”
Ini adalah perkara yang aslinya mubah, tatapi kenapa bisa bernilai sedekah/ibadah? Jawaban Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
“Bukankah kalau dia memasukkannya ke tempat yang haram dia mendapatkan dosa? Begitu juga kalau dia meletakkannya di tempat yang halal, maka dia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
Lihat juga: Hadits Arbain ke 25 – Setiap Kita Mampu Bersedekah
Jadi semakin kuat di dalam diri kita kecintaan kepada Allah, maka semua perbuatan anggota badan kita arahkan untuk tujuan mendukung kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa kebiasaan orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya bisa bernilai ibadah. Berbeda dengan orang-orang yang tidak faham ilmu sama sekali, ibadah mereka bisa bernilai sesuatu yang biasa saja (tidak berpahala).
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Alangkah indahnya tidur orang yang berilmu dan ketika mereka tidak berpuasa. Yang dengan itu mereka bisa mengalahkan begadang dan puasanya orang-orang jahil.”
Yakni mereka tidak beribadah saja sudah bisa mengungguli ibadahnya orang-orang yang jahil. Apalagi ketika mereka beribadah mengamalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51763-ilmu-menyingkap-hakikat-segala-sesuatu/